Menjadikan Segala Aktivitas Bernilai Ibadah
“Jalan hidup yang lurus adalah dambaan dari seluruh manusia. Jika manusia menginginkan surga, maka jalan hidup yang harus ditempuh adalah jalan yang lurus. Jalan lurus itulah yang selalu terucap dalam doa seorang muslim minimal 17 kali setiap harinya (QS. Alfatihah ayat 6)”, ujar Ust. Drs. Syatori Abdurouf, Al hafidz dalam acara pengajian yang diselenggarakan oleh PSPA FMIPA UII (Kamis, 3/10).
Pada dasarnya, manusia dibagi menjadi tiga golongan yaitu manusia nafsu, manusia akal, dan manusia hati. Manusia nafsu merupakan manusia yang tidak ingin baik dan tidak pula tertarik kepada kebaikan. Golongan manusia ini cenderung suka merusak. Manusia akal mempunyai tipe manusia yang ingin baik tetapi belum ada ketertarikan kepadanya. Misalnya, seseorang yang ingin ikhlas, akan tetapi menganggap ikhlas itu sulit dan enggan diuji oleh Allah SWT agar menjadi orang yang ikhlas. Golongan manusia yang didambakan setiap insan yaitu manusia hati.
Dalam perjalanan hidupnya, manusia ini sudah sampai ke hati. Manusia hati selalu bahagia karena selalu berpikir positif terhadap Allah SWT sehingga mudah melakukan semua kebaikan yang sumbernya ada di dalam hati. Ust. Syatori menambahkan bahwa untuk menuju manusia hati, Alloh SWT telah memberikan media yaitu bulan Ramadhan. Selama satu bulan tersebut, manusia diperintahkan untuk melakukan tiga hal yaitu Shiyam, Qiyam, dan Dawam. Makna dari Shiyam (berpuasa) adalah menahan diri dari syahwat kesenangan duniawi. Qiyam dalam konteks ini bermakna menegakkan pilar kecintaan kepada kesenangan ukhrowi. Sedangkan Dawam berarti melakukan shiyam dan qiyam terus menerus selama 1 bulan, sehingga pasca Ramadhan diharapkan manusia selamanya menjadikan apapun dalam hidup ini bernilai akhirat (ibadah).
Ust Syatori kembali menekankan bahwa apapun aktivitas yang dilakukan harus bernilai akhirat. Jadilah apoteker yang menjadikan profesinya berorientasi pada akhirat. Hal ini sesuai hadist yang disampaikan Ust Syatori pada kesempatan itu, “Nabi SAW bersabda bahwa orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa menahan nafsunya, dan beramal untuk hidup setelah mati (HR Muslim)”.
Acara pengajian kali ini dihadiri oleh dosen dan karyawan PSPA, serta seluruh mahasiswa angkatan XXIII. Pengajian berlangsung khusyuk dan mendapatkan tanggapan yang baik dari para peserta. Acara yang rutin diselenggaraan oleh PSPA setiap bulan itu diharapkan banyak memberi manfaat dan dapat merecharge semangat untuk terus berbuat baik dan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Acara pengajian pada hari itu ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ust. Syatori dengan penuh kekhusyukan. (Diesty)