Sehat dan Cerdas Bersama Apoteker UII
Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) FMIPA UII sebagai bagian dari masyarakat Apoteker Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk ikut serta mencerdaskan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat melalui kegiatan pengabdian masyarakat Wilayah Desa Sardonoharjo yang merupakan desa binaan PSPA UII menjadi tempat sesuai untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat Desa Sardonoharjo, khususnya para ibu, dalam menggunakan obat secara tepat dan rasional. “Kami berharap kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Sardonoharjo ini menjadi agenda rutin yang diselenggarakan oleh PSPA UII. Selain itu juga dapat dikembangkan lagi menjadi kegiatan yang diselenggarakan di tiap dusun di Desa Sardonoharjo”, ujar Bapak Prayit, mewakili Kepala Desa Sardonoharjo. Bertempat di aula Desa Sardonoharjo kecamatan Ngaglik (Minggu, 29/9), para ibu PKK perwakilan dusun-dusun di Desa Sardonoharjo berkumpul untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh PSPA UII. Kegiatan dimulai dengan Studium General diikuti diskusi mengenai penggunaan obat secara tepat dan rasional, yang disampaikan oleh salah satu dosen PSPA UII yaitu Bapak Yulianto, S.Si, Apt.
Peserta sangat antusias dan terlibat aktif dalam diskusi ini. Kebanyaan dari mereka mengajukan pertanyaan tentang penggunaan obat yang tepat dan rasional. Kenyataannya, masyarakat belum paham benar mengenai penggunaan obat secara tepat dan rasional serta belum mengetahui peran apoteker didalamnya. Misalnya, pada umumnya obat tidak boleh diminum bersama susu atau teh, namun ada obat yang harus diminum bersama susu seperti antifungi griseofulvin.
Kegiatan dilanjutkan dengan agenda utama yaitu workshop CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) yang merupakan metode resmi WHO dalam pendidikan obat di masyarakat. Metode CBIA yang dirintis dan diperkenalkan oleh Prof Dr. Sri Suryawati, Apt, sering disebut Community‐Based Interactive Approach setelah digunakan banyak negara di dunia. Metode ini didasarkan pada proses belajar mandiri (selflearning process). Tutor berfungsi sebagai fasilitator diskusi, dan bila perlu menunjukkan cara/jalan untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah. Pada kegiatan workshop di Desa Sardonoharjo ini, peserta dibagi menjadi kelompok terdiri dari 6 orang dan difasilitasi oleh tutor yang merupakan dosen-dosen PSPA UII. Peserta diminta menganalisis berbagai merk obat bebas dan bebas terbatas yang banyak digunakan oleh masyarakat. Selanjutnya peserta mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam kemasan obat sebagai dasar melakukan pengobatan‐sendiri (swamedikasi), yaitu nama bahan aktif, indikasi, aturan penggunaan, efek samping, dan kontraindikasi. Setelah kegiatan ini peserta diharapkan dapat melakukan swamedikasi dengan mengetahui jenis obat yang tepat dan menggunakannya secara rasional untuk mengatasi penyakitnya,
Agenda pengabdian masyarakat dilanjutkan dengan lomba cerdas cermat antar dusun yang dipilih melalui babak penyisihan, yaitu perwakilan dari dusun Bulusan, Wonosobo, dan Prumpung. Total hadiah yang diperebutkan adalah uang senilai Rp 1.500.000,00, persembahan dari PSPA UII. Melalui serangkaian babak yang dipertandingkan, diperoleh pemenang pertama yaitu dusun Prumpung, kedua dusun Wonosobo, dan ketiga dusun Bulusan. (Diesty)