Seminar Internasional

Indonesia yang berpenduduk lebih dari 230 juta jiwa, memiliki lebih kurang 80.000 spesies tumbuhan, serta terdapat ratusan ribu spesies mikroba baik sebagai endophyt maupun mikroba tanah. Dari jumlah tersebut diketahui memiliki potensi menghasilkan senyawa berkhasiat obat. Lebih dari itu, dari wilayah lautan Indonesia juga telah diidentifikasi keberadaan aneka jenis biota.

Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki potensi “pustaka kimia” yang luar biasa besar koleksinya, namun baru sebagian kecil senyawa-senyawanya yang telah diteliti dan dimanfaatkan untuk obat-obatan. Demikian disampaikan Deputi Bidang Relefansi dan Produktivitas IPTEK, Dr. rer.nat Ahmad Saufi, mewakili Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, pada The 1 International Pharmacy Conference on Research and Practise, yang mengangkat tema “Towards Excellent in Natural Products: Preserving Traditions, Embracing Innovations,” di Hotel Sheraton Yogyakarta, Selasa (13/11).

Para pemateri yang hadir pada konferensi internasional antara lain, Prof. Pattrick Ball, Ph.D., MSc, MCPP, FNZCP (Christ Stuart University-Australia), Professor Syed Azhar Syed Sulaiman (Universiti Sains Malaysia) Prof. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt. (Universitas Gadjah Mada) Prof. dr. Ngatidjan, M.Sc., Sp.FK (K) (Universitas Gadjah Mada), Assoc. Prof. Mohammad Haniki, PharmD (IIUM Malaysia) dan Dr. Diky Mudhakir, M.Si (Institut Teknologi Bandung).

Dikemukakan Ahmad Saufi, obat herbal saat ini telah diterima secara luas di Negara berkembang dan di Negara maju. Seperti data World Health Organization (WHO) yang menyebutkan hingga 65% dari penduduk Negara maju dan 80% dari penduduk Negara berkembang telah menggunakan obat herbal.

Lebih lanjut disampaikan Ahmad Saufi, WHO sendiri telah merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative dan kanker. “Hal tersebut menunjukkan dukungan WHO untuk back to nature, yang mana dalam hal tertentu dinilai lebih menguntungkan,” ungkapnya.

Pemerintah Indonesia menurut Ahmad Saufi, juga terus mendukung peningkatan pemberdayaan obat tradisional melalui berbagai kebijakan, diantaranya diwujudkan melalui Kementrian kesehatan dengan mengeluarkan Permenkes tentang Saintifikasi Jamu dalam Peningkatan Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan, selain itu juga melalui Kementrian Riset dan Teknologi dengan mendukung program riset obat-obatan, misalnya riset pengembangan jamu hiperkolesterol, hiperurisemia dan hipertensi.

Sementara itu Wakil Rektor I UII, Nandang Sutrisno, SH, M.Hum, LL.M, Ph.D, dalam sambutannya  menyambut baik atas terselenggaranya konferensi internasional yang diprakarsai oleh Prodi Farmasi FMIPA UII. Menurutnya, Universitas Islam Indonesia sering melakukan konferensi baik nasional maupun internasional guna memberikan ruang kepada praktisi, akademia, dan peneliti untuk mengemukakan ide, pemikiran serta hasil penelitian.