Setelah melalui proses yang panjang dalam pembangunannya, perpustakaan pusat Universitas Islam Indonesia (UII) diresmikan pada Senin (17/10), dengan memberikan nama gedung Moh. Hatta yang diambil dari salah satu nama founding father berdirinya kampus yang diawal berdirinya bernama Sekolah Tinggi Islam. Dalam kesempatan tersebut juga bersamaan dengan di resmikannya Purna Pugar Candi Kimpulan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, Ir. Jero Wacik, SE., serta peresmian museum UII yang menggambarkan perjalanan kampus tertua di negeri ini, sebagai salah satu wujud dari hasil karya anak kandung bangsa.
Hadir diantaranya dalam kesempatan tersebut Putri Mohammad Hatta, Prof. Dr. Meutia Hatta, Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementrian Budaya dan Pariwisata RI Prof. Dr. I Gede Pitane, Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo, Pimpinan Universitas di Yogyakarta, pejabat sipil dan militer, jajaran Dewan Pembina Yayasan Badan Wakaf, segenap pimpinan baik universitas dan fakultas dilingkungan UII.
Candi yang didesain dikelilingi oleh perpustakaan ini mendapat apresiasi dari Ir. Jero Wacik. “Pak Luthfi dan Pak Edy datang ke Jakarta dan menunjukkan gagasan baru desain perpustakaan yang melingkar dan di tengahnya adalah candi kimpulan, Saya sangat bangga kepada UII” ungkapnya saat menyampaikan sambutan peresmian perpustakaan, candi, dan museum di kampus terpadu UII.
Ir. Jero Wacik menyebut candi yang ditemukan oleh para pekerja bangunan perpustakaan saat memperdalam pondasi bukan merupakan kebetulan.” Bukan kebetulan jum’at 11 desember 2009 ditemukan candi, sudah diatur oleh tuhan” ungkapnya.
Sementara itu mengawali sambutannya Rektor UII Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., menyampaikan, berdirinya UII tak lepas dari jasa para founding father yang juga merupakan tokoh-tokoh nasional berdirinya negara ini, seperti Moh. Natsir, Prof. KHA. Muzakkir, Mohamad Roem, KH. Wahid Hasjim, serta Dr. Mohammad Hatta sebagai Proklamator dan mantan Wakil Presiden RI yang namanya diabadikan sebagai nama gedung perpustakaan ini. “UII merasa perlu untuk selalu mengingat perjalanan dan perkembangan UII dari masa ke masa, yang mana juga diabadikan dalam museum yang berada di lantai dasar bangunan perpustakaan ini”, terangnya.
Lebih lanjut Rektor mengungkapkan, perjalanan keberadaan universitas ini juga seiring dengan berkembangnya infrastruktur sebagai sarana utama proses pembelajaran para mahasiswanya. Saat merencanakan pembangunan kampus terpadu Jl. Kaliurang Km 14,5, para pimpinan UII telah menentukan cetak biru bagi sebuah kampus Islami yang berbasis manajemen dan pengetahuan. ”Perwujudannya berupa bangunan kantor Rektorat, masjid, dan perpustakaan yang berdiri sejajar di bagian depan kampus. Ketiga bangunan ini dimaksudkan untuk menjadi simbol bagi civitas akademika UII dan siapapun yang bertamu, bahwa UII merupakan kawah candradimuka kesatuan Ilmu, Iman, dan Amal,” paparnya.
Menyinggung perpustakaan yang diresmikan Rektor berharap, perpustakaan akan membantu UII menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional, yang mana membutuhkan kualitas perpustakaan yang memadai. Saat ini keberadaan jumlah koleksi buku yang tersedia kurang lebih berjumlah 213.088 eksemplar, tak kurang dari 7000 koleksi bertambah setiap tahunnya melengkapi koleksi yang sudah ada. E-library sebagai salah satu bentuk kemajuan di bidang teknologi informasi juga sudah diterapkan di perpustakaan baru ini.
Saat ini user dimanjakan dengan sistem pengecekan otomatis (Selfcheck) baik saat meminjam dan mengembalikan buku. Alat panduan pengamanan (security guide) juga telah terpasang di perpustakaan baru kita. Security Guide ini terpasang di setiap pintu keluar dan masuk ruang buku. Setiap buku yang dibawa user melewati alat ini tanpa terlebih dahulu diproses secara benar akan terdeteksi secara otomatis oleh alat tersebut karena setiap buku sudah terpasang RFID (Radio Frequency ID). Kerjasama dengan perpustakaan di kampus lain juga terus dikembangkan baik di dalam maupun diluar negeri. Perpustakaan UII bersama perpustakaan perguruan tinggi di Yogyakarta telah tergabung dengan hub Jogja Library for All. UII menargetkan dalam setahun ke depan kerjasama dengan setidaknya dua puluh perguruan tinggi di Indonesia dapat terjalin.
Sementara itu Prof. Dr. Meutia Hatta, sebagai perwakilan keluarga Moh. Hatta yang namanya dipakai sebagai nama gedung pepustakaan mengutarakan pemilihan nama Moh. Hatta sebagai nama gedung tidak hanya karena sang proklamator merupakan salah satu pendiri UII yang dulu bernama Sekolah Tinggi Islam, lebih dari itu juga karena Moh. Hatta dapat dijadikan sebagai figur teladan dan pencinta buku.
“hingga beliau wafat telah mengkoleksi delapan puluh ribu judul buku, dan pada saat itu dapat dikatakan sebagai koleksi pribadi yang terbesar” kata Prof. Meutia.
Sementara museum UII yang juga diresmikan selain perpustakaan dan candi pada hari itu memiliki berperan penting untuk mengenang sejarah. Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS., menyebutkan pendirian Museum UII penting dilakukan agar historical background pendirian UII yang berhubungan dengan perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, dapat dihayati, baik oleh sivitas akademika UII maupun masyarakat luas.
”Meski pendirian museum ini masih jauh dari sempurna, namun kami bertekad untuk secara terus – menerus melengkapinya”tegasnya.
“Dengan pesan yang syarat dengan nilai isalam, tentang keadilan, kesejahteraan kemajuan bangsa, maka civitas akademika dapat memanfaatkan perpustakaan ini untuk tujuan mulia tersebut. Perpustakaan ini juga mewujudkan kuatnya kerukunan antar agama,” pungkasnya.
(Humas UII)